Catatan Mau‘idloh Hasanah (KH. M. Said Abdurrochim)

 

Catatan Mau‘idloh Hasanah 

(KH. M. Said Abdurrochim)

Saat acara Ta'arufan dan halal bihalal MGS pada Selasa, 6 Mei 2025

  • Tujuan dari menuntut ilmu agama adalah untuk mengangkat derajat dan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Ilmu agama adalah ilmu sejati yang membawa keselamatan. Sedangkan ilmu-ilmu selainnya, hakikatnya lebih menyerupai sebuah keterampilan (الصناعة), bukan ilmu yang sebenarnya.
  • Keutamaan suatu ilmu tergantung pada apa yang dibahas. 
  • Dalam sejarah, Imam al-Ghazali pernah mengkritik banyak masyarakat yang terlalu fokus pada ilmu fikih saja, sementara ilmu kedokteran yang merupakan fardlu kifayah justru ditinggalkan. Tapi zaman sekarang berbalik: justru ilmu agama yang kurang diminati, padahal jumlah orang yang belajar ilmu agama belum mencukupi kebutuhan fardlu kifayah umat.
  • Selain sistem klasikal, ada juga majlis musyafahah bersama para masyayikh, yang sangat dibutuhkan oleh santri—karena kita tahu, meskipun dalam satu kelas, kemampuan dan pemahaman anak didik berbeda-beda. Maka peran para guru dan masyayikh sangat penting untuk mengisi kesenjangan ini.
  • Namun, sejauh mana ukuran keberhasilan belajar ilmu agama? Para ulama berbeda-beda dalam memandang hal ini. Ada yang mengatakan bahwa ukuran berhasil adalah ketika seseorang menguasai ilmu ikhtilaf, mampu memahami pertentangan dalil (تعارض الأدلة) dan ikhtilaf ulama. Tanpa pemahaman ini, seseorang akan sempit dalam pandangan, tidak bijak, bahkan mudah menyalahkan orang lain.
  • Ada pula yang menekankan pentingnya ملكة الاستخراج والاستحضار—yakni kemampuan untuk menggali hukum baru dari masalah-masalah yang ada nashnya (manshushoh) dengan metode tandzir, serta bisa menjawab persoalan dengan cepat dan tepat tanpa harus berpikir panjang.
  • Sebagian yang lain berpendapat, ukuran berhasil itu adalah menjadi kiai. Ini sah-sah saja, namun bukan satu-satunya ukuran. 
  • Tidak ada alasan untuk tidak berhasil. Orang tua telah mencukupi kebutuhan kita, bahkan para khodim pun diberi fasilitas yang sama. Justru kalau kita tengok sejarah yang banyak berhasil itu dari kalangan yang tidak mampu, karena keberhasilan seseorang sering kali ditentukan oleh seberapa sabar ia menghadapi masyaqqoh (kesulitan) dalam hidup.

(KH. M. Said Abdurrochim)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN NGAJI AHADAN KITAB TAFSIR JALALAIN[S urat Al-Isro' ayat 9-27]

Taujihat Pembukaan Pengaosan Shohih Bukhori

Kutipan Mauidhoh HBH IKSAPAS 1445